Senin, 30 April 2012

Orang-orang yang Hidup dengan Satu Skenario


Kebanyakan orang menjalani hidup dengan satu skenario saja. Ketika melewati pintu rumah pada suatu pagi, mereka yakin akan sampai di kantor satu atau dua jam kemudian, lalu pulang ke rumah pada sore hari. Mereka tak punya alternatif bagaimana kalau ada hambatan di perjalanan sehingga terlambat masuk kantor, atau bagaimana jika sepulang dari kantor mereka tidak pernah lagi sampai di rumah.
Hidup ini penuh misteri, tak cukup dihadapi dengan satu skenario saja. Ketika pada suatu pagi kita melangkah ke luar rumah, ada beragam kemungkinan menanti kita. Kemungkinan-kemungkinan itu sangat banyak, bisa tak terhitung. Kita tak pernah tahu mana yang akan terjadi.
Tapi pengetahuan dan akal sehat manusia telah mengelompokkannya. Secara garis besar ada dua kemungkinan, yaitu kemungkinan baik dan kemungkinan buruk. Kemungkinan baik, marilah kita sambut dengan syukur. Kemungkinan buruk, marilah kita antisipasi sebelum terjadi.
Salah satu bentuk antisipasi atas kemungkinan buruk adalah asuransi. Karena asuransi bicara kemungkinan buruk, banyak orang lebih suka tidak membahasnya. Tapi seperti kata pepatah, “Mencegah lebih baik daripada mengobati.” Membicarakannya sekarang lebih baik daripada menyesal setelah kejadian.
Sekali lagi hidup ini dan terutama masa depan sangatlah penuh misteri, maka kita butuh beberapa skenario untuk menjalaninya. Ada sejumlah skenario yang ditawarkan asuransi, antara lain skenario jika sehat-selamat, skenario jika sakit, jika kecelakaan, jika cacat, dan jika pindah ke lain dunia.
Jika orang hanya hidup dengan satu skenario, yaitu skenario sehat-selamat saja, maka akan ada banyak kesulitan jika ternyata skenario lain yang dia alami. Seringkali kesulitan itu bukan dia sendiri yang merasakan, melainkan terutama keluarganya. Siapa yang pusing jika seorang ayah kecelakaan, apalagi sampai meninggal dunia? Istri dan anak-anaknya.
Dalam aktivitas sehari-hari, sebetulnya membuat beberapa skenario bukan hal yang asing bagi sebagian orang. Misalnya ketika hendak mudik menjelang lebaran, mereka membuat beberapa alternatif alat transportasi yang digunakan. Pilihan pertama mungkin tiket kereta. Bagaimana kalau tiket kereta habis? Pilihan berikutnya tiket bis. Bagaimana kalau tiket bis habis? Alternatifnya naik motor, atau naik travel, atau menggeser waktu mudik menjadi setelah lebaran.
Itu hanya satu contoh. Namun untuk hal yang paling urgen, yaitu kesehatan dan keselamatan, kebanyakan orang abai. Mungkin karena tidak tahu, tidak sadar, atau terlalu “percaya” kepada Tuhan.
Memang ikut asuransi itu ada biayanya. Tapi biayanya tidaklah besar dibanding manfaat yang diperoleh, yaitu tercegah dari pengeluaran yang jauh lebih besar, tak terduga, dan tak terkendali. Dan terutama: melindungi keluarga yang kita sayangi, agar kita dapat berbuat baik kepada mereka bukan hanya ketika kita jaya, tapi juga ketika kita tak berdaya, bahkan walau kita telah tiada. 

(sumber: http://myallisya.wordpress.com/2012/02/06/orang-orang-yang-hidup-dengan-satu-skenario/ )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar